oleh: Batara Al Isra (Penyair, menulis Di Seberang Gelombang)
![]() |
Source: <a href="https://paintingvalley.com/abstract-city-painting">Abstract City Painting</a> |
Lendir
Katak-katak
berjatuhan dari langit
ketika
kata-kata menjelma binatang
dan
berebut penuhi jalan suatu magrib.
Lendir
di mana-mana. Di atas mobil,
juga
dalam kepala.
Malam
harinya, hawa panas dari
seluruh
lendir membuat bulan
leleh
jadi keju dan bintang-bintang luntur
lalu
matang jadi telur mata sapi
yang
disantap ramai-ramai.
Subuh
hari selepas kenduri, seluruh lendir
telah
embun yang segera melangit.
Menanti
jatuh kembali sebagai katak
ketika
isi kepala masih kebun binatang.
*
Ibu Kota
Ibu
kota telah memisahkan ibu dari kita:
bahan
makanan terpaksa memasak sendiri dirinya,
ayah
menatap kosong jendela sepanjang malam,
rumah
adalah toilet yang tak pernah disiram,
anak-anak
punah tanpa pernah tua sebab ibu telah lupa
di
mana terakhir kali rahim disimpan.
*
Kota Kita Kini
Matahari
hitam
lalu mati setelah tahu
manusia
adalah bahan baku
uang
yang jalan ke koper dan saku.
Waktu
telah dilipat sedemikian rupa
lantas
hari-hari adalah suntuk
malam bagi
anak yang lupa
wajah bapaknya.
Meski
hati semati matahari,
darah
dan peluh menguap jadi
asap-asap industri lalu
turun
sebagai kucuran deras oli.
Sebab
abu mekar
sebagai bunga mimpi
saat
kekasih kehilangan kasih
dan diri sendiri setelah
pabrik jadi
rumah bagi mereka yang mesin.
*
Komentar
Posting Komentar