Oleh: Dian Rennuati, pegiat literasi Forum Lingkar Pena Sumatera Selatan
![]() |
Sumber: bukalapak.com |
Judul Buku :
Altitude 3159; Miquelii
Penulis :
Azzura Dayana
Penerbit :
Indiva Media Kreasi
Terbit :
September 2019
ISBN :
978-602-495-252-5
Tebal :
287 hlm.
Berbeda dengan dua novel pendakian yang
pernah ditulis oleh Azzura Dayana, Altitude 3159 ini saya sebut novel cinta. Tapi apakah ini
novel romantis? Pertama, mari kita lihat dulu kavernya. Judulnya
tidak menggambarkan cinta meski gambar gunung dan bunga berwarna biru itu cukup
romantis.
Dari dulu orang menyukai kisah cinta dua
insan yang berbeda nasib. Seperti Cinderella si upik abu atau Belle dalam kisah
Beauty and The Beast. Kisah di novel
ini juga begitu. Berawal dari persahabatan masa kecil yang unik. antara Fathan
yang miskin dengan Hilda yang kaya raya. Tak cukup begitu, di awal cerita Hilda
digambarkan sebagai anak perempuan cantik sempurna lagi baik hati.
Sampai-sampai Fathan menyebutnya malaikat (atau lebih tepat bidadari?). Awal
persahabatan ini pun digambarkan dengan emosi yang membuat pembaca hanyut.
Keadaan berubah seiring waktu. Fathan
dengan kecerdasannya bisa mengubah nasib. Anak lelaki miskin itu berubah jadi
laki-laki berselera tinggi, hidup dengan memuja kota-kota indah di dunia.
Sementara Hilda dewasa justru jatuh cinta pada alam dan keindahan liarnya.
Jika pembaca menginginkan kisah cinta
romantis penuh kata-kata manis dan rayuan, bersiaplah untuk kecewa. Alih-alih
menemukannya, novel ini justru mengajak kita ikut bermain kucing-kucingan
bersama Fathan dan Hilda. Mulai dari Gunung Prau di dataran tinggi Dieng,
Gunung Patuha di Ciwidey dan istana Pagaruyung di Tanah Datar, sampai ke Gunung
Dempo kota Pagaralam.
Dialog-dialog kedua tokoh ini juga demikian.
Tak pernah ada pernyataan cinta terbuka. Seolah mereka malu mengumbar perasaan
itu secara terang-terangan. Tetapi, justru ini yang membuat menarik. Pembaca
sengaja dibuat gemas dan menunggu-nunggu kapan ledakan itu terjadi.
Di luar kisah cinta yang ada, ada banyak
pengetahuan tentang pendakian yang bisa dinikmati bahkan oleh orang awam
tentang hal ini. Bahkan bisa jadi, orang yang tak pernah punya niat mendaki
akan tergoda mengikuti jejak Hilda dan kawan-kawan.
Tak hanya datar, penulisnya membangun
cerita dengan apik dan mengejutkan pembaca berkali-kali. Mulai dari amuk badai,
harimau yang muncul di tengah kabut sampai suara salam tanpa wujud. Di sana-sini
juga terselip pesan tentang menjaga lingkungan, menjaga kawan seperjalanan,
sampai menghormati kearifan lokal berupa mitos yang beredar di kalangan pecinta
alam.
Tak cukup itu saja, pada akhir cerita
pembaca akan diajak merenung sejenak. Betapa manusia kecil di hadapan Tuhan.
Betapa makhluk pasti memerlukan doa.
Betapa perjalanan hidup harus disyukuri. Bahwa manusia harus membuktikan
kesyukurannya dengan rangkaian ibadah kepada-Nya.
Fathan
kembali ke kamar mandi dan berwudhu. Pantas saja jiwanya masih terasa
terhuyung-huyung seperti diajak menari oleh angin Pelataran, dan hatinya nanar
seperti terkurung kabut Dempo. Mungkin Fathan lupa bersyukur. Padahal ... Ah. (Halaman
261)
Meski mungkin bagi kebanyakan orang
novel ini bukan novel romantis, tapi kisahnya adalah kisah yang masuk akal,
manis dan tidak berlebihan. Cinta yang butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa
matang sempurna. Cinta dalam hati yang keindahannya cukup diwakili oleh simbol-simbol
semisal Miquelii, tumbuhan cantik pegunungan yang lebih dikenal dengan sebutan
kayu panjang umur.
Cinta dalam novel ini adalah cinta yang
bertanggung jawab seperti ucapan Fathan, “Aku
akan ada di saat kamu gembira. Aku juga akan ada di saat kamu bersedih”
(Halaman 262)
Secara keseluruhan buku ini asyik
dibaca. Kekurangan yang cukup mengganggu adalah banyak kata dan kalimat yang
mungkin terlewat saat proses editing. Ada juga satu kesalahan cukup fatal menurut
saya, ketika kata “mahram” tergantikan oleh “muhrim” yang memiliki perbedaan
arti cukup besar (halaman 273)
Saya membaca buku ini dalam waktu
singkat. Rasa penasaran terus membunti setiap
selesai satu bab. Nah, anda tertarik juga untuk membacanya?
*
Aku Uda baca.. kereen bangeeet. 😍
BalasHapusMantap :D
HapusApapun karya milik Azzura bagi saya tetap The Best
BalasHapus