Suatu ketika di sebuah musim
dingin yang tidak terlalu menggigit, saya membaca beberapa tulisan antropolog
mengenai dasar-dasar keilmuan antropologi, terutama ihwal pengetahuan dan teori
yang berusaha dibangun dari disiplin ini. Ketiga bacaan yang saya maksud (daftarnya
terlampir di akhir) sejujurnya ‘membongkar’ pemahaman saya mengenai ihwal mendasar dari ilmu yang lahir dari etnografi ini..
Pertanyaan-pertanyaan epistemologis mengenai
antropologi merupakan wacana sentral yang dibahas dan tergaung terus-menerus di
beberapa sub-section –yang bahkan di awal bacaan pun telah dilayangkan secara
kritis. Misal, Clifford dan Marcus mempertanyakan kerja-kerja etnografi,
Herzfeld mempertanyakan object of study
antropologi, dan Moore serta Sanders mempertanyakan pertanyaan yang sifatnya
filosofis dan metodis mengenai eksistensi manusia. Terlepas dari itu, ketiga nama
yang saya sebutkan memiliki keterkaitan satu sama lain; etnografi, antropologi,
dan teori.
Clifford and Marcus memberikan
penjelasan (berupa hubungan-hubungan juga kritik) mengenai etnografi, penulisan,
dan sastra. Mereka menulis bahwa antropologi juga sebetulnya adalah seni dan
etnografi juga memiliki kualitas sastra yang baik. Ketika antropolog mengaku
sebagai post-anthropological, maka ia pun adalah seorang post-literacy. Namun di
sisi lain, Clifford dan Marcus pun mempertanyakan konsep dari literatur atau teks
literasi. Lebih jauh, beberapa pendapat Clifford dan Marcus pun tertuang dalam
tulisan Herzfeld, dia malah mengajukan sebuah gagasan “why not study science as an ethnographic object?” (mengapa tidak mempelajari sains sebagai objek etnografi?). Selain itu,
Herzfeld banyak melayangkan pertanyaan yang sifatnya metodologis terhadap
kajian etnografi.
Mengenai objek antropologi itu
sendiri, Clifford and Marcus menyatakan bahwa common sense (sesuatu yang dianggap dan diterima secara umum) sejatinya
adalah objek dari antropologi. Pendapat ini juga didukung oleh pernyataan
Herzfeld bahwa ‘anthropology is the study
of common sense’ (antropologi adalah ilmu tentang common sense), sebuah ilmu yang melayangkan kritik terhadap
gagasan-gagasan common sense sebab common sense sendiri ‘is a cultural context’ (memiliki konteksnya sendiri). Itulah mengapa
di beberapa tulisan Herzfeld, common
sense menjadi sentral pertanyaan. Berbeda dari gagasan tersebut, Moore and
Sanders membawa perdebatan mengenai objek antropologi tersebut ke ranah yang
lebih luas, pembaca digiring kepada gagasan-gagasan lain mengenai apa objek antropologi
sebenarnya apakah relasi sosial, struktur sosial atau budaya –saat masih S1,
saya diajarkan bahwa inilah objek antropologi, namun menurut Clifford dan
Marcus, budaya malah bukanlah objek saintifik sebab dia diproduksi secara
historis dan secara aktif dikonteskan.
Teori juga adalah ihwal yang
banyak disorot dalam tulisan-tulisan Herzfeld, Maoore dan Sanders, serta
Clifford dan Marcus. Mereka membahas bagaimana beberapa teori seperti
postmodernisme dan feminisme berkontribusi terhadapa perkembangan teori-teori
antropologi dan theoretical analysis
terhadap teks-teks etnografi. Herzfeld sendiri lebih banyak membincangkan
sejarah dan mitos-mitos akan asal-usul sebuah teori, misalnya strukturalisme
dan struktural-fungsionalisme. Sementara Moore dan Sanders membahas banyak hal
mengenai bagaimana hubungan antarteori dibangun melalui mekanisme saling kritik
satu sama lain.
Referensi:
Clifford, James and George E. Marcus. 1986. The Poetics and Politics of Ethnography (bagian Introduction: Partial Truths).
Moore, Hendrietta L. and Todd
Sanders. 2014. Anthropology in Theory: Issues
in Epistemology (bagian Anthropology
and Epistemology.
Herzfeld, Michael. 2001 Anthropology: Theoretical Practice in
Culture and Society. (bagian Orientation:
As a Practice of Theory).
Penulis:
Andi Batara Al Isra (Mahasiswa pascasarjana di University of Auckland, New Zealand)
Penulis:
Andi Batara Al Isra (Mahasiswa pascasarjana di University of Auckland, New Zealand)
![]() |
Sumber: goodnewsfromindonesia (aslinya difoto oleh Donald Thomson pada 1949) |
Komentar
Posting Komentar